Senin, 14 Mei 2012

Sabtu, 11 Juni 2011

Komitmen Muslim Sejati (Resensi Buku

oleh: Shifa Dilia Nindiawati

Assalamu’alaykum temen-temen,

 
Disini saya akan berbagi sedikit resensi sebuah buku. Buku ini udah lumayan lama beredar, yaa mungkin bagi temen-temen yang udah baca buku ini, tulisan ini bisa sedikit merefresh ingatan kita, nah bagi yang belum baca semoga bisa menjadi gerbang awal temen-temen untuk membacanya. Langsung saja, buku ini berjudul “Komitmen Muslim Sejati” karya Fathi Yakan. 

Buku ini hanya terdiri dari 2 bab, Bab pertama berisi tentang karakteristik terpenting yang harus ada pada diri seorang muslim sejati. Bab kedua menjelaskan tentang bagaimanan kita berafiliasi pada pergerakan islam. 

Pada Bab pertama menyinggung kita bahwa “Pengakuan sebagai muslim bukanlah klaim terhadap pewarisan, bukan klaim terhadap suatu identitas, juga bukan klaim terhadap suatu penampilan lahir, melainkan pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen kepada Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan”. Dalam hal ini islam harus mencakup pada aspek akidah, ibadah, akhlak, serta keluarga dan rumah tangga. Selain itu dalam buku ini juga dipaparkan bagaimana keharusan kita dalam mengalahkan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita. Seorang muslim sejati juga harus yakin masa depan adalah milik islam. Keyakinan ini didorong oleh beberapa faktor antara lain Rabbaniyyah Manhaj Islam, Universalitas Manhaj Islam, Elastisitas Manhaj Islam, Kelengkapan Manhaj Islam, Keterbatasan sistem-sistem “wadh’iyyah”.

Pada Bab kedua, menjelaskan tentang afiliasi terhadap gerakan Islam. ”Dasar untuk mengaku sebagai aktivis pergerakan Islam adalah hendaknya pada diri seseorang telah terwujud sifat dan karakteristik pengakuannya sebagai Muslim. Inilah yang menjadikan pergerakan Islam memberikan perhatian terhadap kaderisasi, agar muncul individu Muslim yang benar keislamannya, sebelum menyiapkannya sebagai aktivis pergerakan.”. Karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim agar pengakuan keislamannya benar antara lain: SAYA HARUS HIDUP UNTUK ISLAM,Bagaimana saya hidup untuk Islam? yaitu dengan Mengetahui tujuan hidup, Mengetahui nilai-nilai dunia dibandingkan dengan akhirat , “Dunia adalah penjara orang mukmin dan surga orang kafir” (HR.Muslim), Menyadari bahwa kematian pasti datang dan mengambil pelajaran darinya, ”Kubur adalah satu taman diantara taman-taman surga atau satu parit di antara parit-parit neraka.” (HR.Thabrani), Mengetahui hakikat Islam, Mengetahui hakikat jahiliyah. 

Rasulullah berkata, ”Barangsiapa mempelajari bahasa suatu kaum, maka ia akan aman dari tipu daya mereka.”.   
SAYA HARUS MEYAKINI KEWAJIBAN MEMPERJUANGKAN ISLAM, Memperjuangkan Islam adalah wajib. Hal ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang: Kewajibannya sebagai prinsip, Kewajibannya sebagai hukum, Kewajiban menegakkan Islam sebagai kebutuhan darurat, Kewajiban secara individu dan kolektif, Barangsiapa berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri PERGERAKAN ISLAM; MISI, KARAKTERISTIK, DAN PERLENGKAPANNYA a)    Misi Pergerakan Islam. Tegaknya agama ALLAH di muka bumi. b)    Karakteristik dasar pergerakan Islam: -       Rabbaniyyah (Ketuhanan) -       Pergerakan independen -       Pergerakan progressif -       Pergerakan komprehensif -       Menjauhi Perselisihan fiqih c)    Spesifikasi Gerakan Islam Jauh dari kekuasaan para penguasa dan politikus, walau di antara anggotanya ada yang menjadi penguasa dan politikus. Memiliki tahapan dalam dakwahnya. Imam Hasan Al-Banna, dalam Risalah Ta’alim, menjelaskan bahwa dakwah ini memiliki tiga tahapan: ta’rif (pengenalan), takwin (pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan). 4.  SAYA HARUS MENGETAHUI JALAN PERJUANGAN ISLAM, Hasan Al-Banna, dalam Majmu’atur Rasail , melukiskan potret pejuang Islam sebagai berikut: ”Wahai para ikhwan, kalian bukanlah organisasi sosial, bukan partai politik, bukan pula organisasi domestik yang memiliki keterbatasan tujuan. Tetapi kalian adalah ruh baru yang mengalir di dalam hati sanubari umat ini, kemudian dihidupkan oleh ALLAH dengan cahaya Al-Quran. Kalian adalah cahaya baru yang bersinar terang, yang akan memorak-porandakan kegelapan hidup hedonistis dengan makrifatullah. Ketahuilah, kalian adalah suara yang bergaung keras dengan menggemakan seruan Rasulullah Saw.” 5.  SAYA HARUS MENGETAHUI DIMENSI AFILIASI SAYA KEPADA PERGERAKAN ISLAM 6.  SAYA HARUS MENGETAHUI POROS-POROS PERJUANGAN ISLAM   7.  SAYA HARUS MENGETAHUI PERSYARATAN BAIAT DAN KEANGGOTAAN a)    Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: b)    Kualitas bukan kuantitas c)    Baiat dan hukumnya d)    Ketaatan dan hukumnya e)    Rukun-Rukun baiat f)     Kewajiban-Kewajiban Akhi Muslim Yah... sekian resensi buku dari saya. Bagi temen-temen yang belum baca bukunya monggo dicari di toko buku terdekat atau minjem di temen juga ga pa2. Semoga bermanfaat ^-^
Resensi dari widowening
 
  27 Februari 2009 - 18:19:41

Isi Resensi :
Hafalan Shalat Delisa


Sebuah kisah sederhana namun sarat makna. Pembelajaran shalat pada seorang anak berumur 6 tahun sungguh membuka kesadaran bahwa urusan shalat adalah urusan serius yang harus mulai ditanamkan pada anak-anak sejak kecil jauh sebelum massa baligh datang. Ujian praktek shalat layaknya seperti pesta kecil tahunan, ibu-ibu ramai mengantar, sementara anggota keluarga lain di rumah menanti dengan sambutan yang meriah. Selembar ijazah tanda lulus dan sebuah hadiah manis dari sang ummi sungguh sangat memotivasi anak. Ide yang sangat menarik, urusan shalat menjadi urusan yang serius bagi semua, mulai dari ummi, abi, kakak, bu guru, pak ustadz, koh acan pedagang perhiasan di pasar... dijalin dengan indah, pada jaman dimana orang tua lebih bangga mengantar dan memotivasi anak pada pesta kemeriahan lomba-lomba kecerdasan, lomba busana, lomba menyanyi dan sejenisnya. Tere-Liye sang penulis, mengurai cerita ini begitu runut, sederhana, namun mudah dimaknai. Dimulai dari kesibukan keluarga Delisa yaitu ummi dan tiga kakak perempuannya serta Delisa si bungsu - sementara abi sang ayah bekerja di tanker perusahaan minyak internasional berkeleliling dari satu benua ke benua lainnya dan mengunjungi keluarga setiap tiga bulan sekali -. Ummi, kakak, ustadz, bu guru, semua serius mengajari Delisa hafalan bacaan shalat. Delisapun serius menghafal bacaan shalatnya. Berlatar belakang tragedi tsunami, cerita diurai bagaimana perjuangan Delisa menghafal bacaan shalatnya yang terputus tepat air bah tsunami menghantam Lhok Nga. Kesendirian ... sebuah kata yang menakutkan bahkan bagi orang dewasa sekalipun. Kakak-kakak Delisa, Ummi Delisa, Ummi Tiur sahabat Delisa, Ibu Guru Nur .... tidak memperkenankan Delisa ikut ke dalam taman indah sejuta warna. ”Delisa harus tinggal, Sayang. Delisa harus menyelesaikan hafalan itu, Sayang...” Delisa sendiri ditinggal orang-orang tercinta, terjerembab di atas semak belukar. Tak ada yang membantu. Namun.. ”Kau memiliki lebih banyak teman dibandingkan seluruh dunia dan seisinya...” Delisa bagai malaikat kecil bagi orang-orang disekelilingnya dan orang-orang yang mengenalnya. Memberi kesadaran. Delisa mengajarkan makna menerima, keikhlasan atas kehilangan. Banyak hal yang dicintai Delisa telah pergi dari kehidupannya kini, ummi, kakak-kakak, rumah, sekolah, meunasah, teman-teman, tempat bermain dan segalanya. Namun Delisa kecil menganggap semua kepergian ini dengan sederhana. Benar-benar sederhana. Tidak ada penolakan. Tidak ada pengingkaran. Bahkan kini Delisa kehilangan hafalan bacaan shalatnya yang nyaris sempurna sesaat sebelum air bah menghantamnya. Delisa terus mencari hafalan shalatnya..... Tere-Liye sang penulis juga mengurai jalinan cerita pasca tsunami dengan sangat indah. Tidak ada kesan menggurui semua mengalir sederhana. Bahwa di balik musibah terkandung banyak hikmah. Silaturrahim terjalin tanpa batas. Hidayah. Keihkhlasan. Meski jalinan kisah sang tokoh terlalu sempurna untuk anak kecil berumur 6 tahun, namun buku ini memberi kesadaran aku benar-benar cemburu... . Hati-hati aku membaca foot note sang penulis – yang memang membuat buku ini terasa istimewa – dan benar-benar membuat cemburu....

Sabtu, 24 Maret 2012

Proposal Penelitian BUDAYA BACA ORANG MUDA MINANG DI ERA REFORMASI


BUDAYA BACA ORANG MUDA MINANG DI ERA REFORMASI


Proposal Penelitian






OLEH :
PIKI SETRI PERNANTAH
2010 / 17582





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Budaya baca merupakan kebiasaan seseorang dalam membaca. Budaya baca berawal dari minat baca, tetapi seseorang yang mempunyai budaya baca belum tentu mempunyai minat baca. Sedangkan seseorang yang berbudaya baca pasti mempunyai minat baca. Sejak beberapa waktu akhir ini, masalah budaya baca kembali hangat di bicarakan dan mendapat perhatian dari berbagai kalangan pendidikan maupun luarnya. Perhatian yang hangat untuk masalah yang satu ini bukanlah untuk pertama kalinya. Beberapa tahun lalu (sekitar  1969) sehubungan dengan masalah ini DPR-GR pernah membuat berbagai aktivitas, baik di dalam sidang-sidang DPR sendiri maupun luarnya—beberapa orang anggota DPR-GR bahkan sampai mendirikan yayasan dan melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan pembinaan minat baca dan perpustakaan[1]. Begitu pun di ranah Minang sendiri budaya baca juga menjadi pusat perhatian akhir waktu ini. Betapa orang minang ( generasi muda) di era reformasi ini semakin jauh dengan buku. Lain halnya dengan orang muda Minang yang terdahulu di masa pergerakan nasional  yang bisa dikatakan orang muda berbudaya baca, karena dulunya cakrawala berfikir orang muda Minang yang terbuka, membaca perubahan dan perkembangan zaman yang mana tidak lepas melalui pendidikan dengan budaya baca.
Dari fragmen sejarah diatas, kita menyadari betapa pendidikan dan budaya baca ternyata sangat penting dan mampu mengubah paradigma berfikir orang muda Minang waktu itu. Paradigma  yang mulanya terbelakang, stagnan berubah progresif dengan melahirkan  ide merubah nasib sendiri agar sejajar dengan bangsa lain, yaitu hidup merdeka sebagai salah satu Hak Azazi Manusia (HAM). Selain itu, budaya baca juga banyak melahirkan banyak tokoh-tokoh yang tidak hanya diakui di Sumatera Barat, Indonesia tetapi di akui Dunia, seperti Hamka, Moh. Hatta, H. Agus Salim, M. Yamin, Tan Malaka, M. Natsir, St. Syahril dan sederet nama lainnya[2]. Berdasarkan data tersebut terdapat hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Bagaimana perubahan budaya baca orang muda Minang yang dulunya sangat membudaya beralih ke keadaan yang sungguh memperihatinkan, yaitu mulai hilangnya budaya baca tersebut di era Reformasi ini. Hal tersebut disebabkan  oleh pengaruh buruk televisi dan kurang tersedianya layanan bacaan yang memadai. Selain itu, topik ini juga layak untuk diteliti karena belum adanya orang yang melakukan penelitian mengenai budaya baca orang muda Minang di era  Reformasi ini. Di dalam kajian sejarah juga sangat layak karena topik ini membahas perubahan budaya baca orang muda Minang dari masa pergerakan nasional ke era Reformasi sekarang ini.
Mengenai topik yang dibahas peneliti berangkat dari salah satu artikel ( Membaca Krisis Budaya Baca Orang Muda Minang oleh Kurnia Hardinata di Singgalang Minggu 30 Oktober 2011), di sana di jelaskan mengenai krisis budaya baca orang muda Minang yang semakin memperihatinkan dan di butuhkan perhatian dari segala kalangan, baik dari kalangan pendidikan maupun di luar pendidikan. Peneliti melihat itu sesuatu hal yang sepatutnya di kaji agar dapat mengetahui bagaimana budaya baca orang muda Minang di era reformasi ini.


B.     Batasan dan Rumusan Masalah
Keadaan budaya baca orang muda minang di era Reformasi ini sepatutnya menjadi perhatian bersama. Mencoba menyelamatkan para orang muda Minang dari pengaruh buruk televisi sebagai musuh utama dari budaya baca dan menyediakan layanan bacaan yang memadai, perpustakaan daerah yang aplikatif, serta layanan perpustakaan mobile yang menjangkau daerah-daerah terjauh sekalipun. Untuk itu, peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap budaya baca orang muda Minang dalam menentukan mutu pendidikan di Minang atau Sumatera Barat di era Reformasi ini. Yang mana dulunya mutu pendidikan di Sumbar berada di tangga atas, yang merupakan sebuah negeri dengan sekolah-sekolah tertua dan tersohor ke berbagai pelosok negeri hingga Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian tentang budaya baca orang muda Minang di era Reformasi yaitu dari tahun 1998 sampai sekarang. Tempat dilakukan penelitian di ranah Minang atau Sumatera Barat, karena berdasarkan topik penelitian yaitu budaya baca orang muda Minang. Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini bahwa orang muda Minang sekarang ini seakan-akan tidak memiliki minat baca yang nantinya akan melahirkan budaya baca serta seakan-akan menjauh dari sumber ilmu pengetahuan yaitu buku yang mana memiliki perang yang sangat besar dalam menentukan mutu pendidikan di ranah Minang ini.
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka pertanyaan penelitiannya adalah :
1.      Bagaimana kondisi budaya baca orang muda Minang di era reformasi ini terkait dengan pengaruh televisi dan kurangnya layanan bacaan yang memadai ?
2.      Bagaimana kontribusi budaya baca terhadap mutu pendidikan di kalangan orang muda Minang dalam era Reformasi sekarang ?
C.    Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui dan mendeskripsikan krisis atau tidaknya kondisi budaya baca orang muda Minang di era Reformasi sekarang.
2.      Memaparkan perkembangan mutu pendidikan di ranah Minang terkait dengan budaya baca orang muda Minang di era Reformasi sekarang.
3.      Mengetahui seberapa membudayanya budaya baca di kalangan orang muda Minang saat ini.

D.    Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini secara akademis dan praktis adalah :
1.      Secara akademis, penelitian ini menjadi salah satu kajian dan perbendaharaan ilmiah dalam bidang sejarah pendidikan mengenai budaya baca orang muda Minang di era Reformasi.
2.      Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan / studi relevan bagi penelitian lanjutan yang terkait dengan konteks masalah penelitian yang sama.







[1]  Rosidi, Dadang. 1973. Pembinaan Minat Baca, Apresiasi dan Penelitian Sastra. Jakarta. Panitia Tahun Buku
Internasional DKI Jakarta hal. 20
[2]  Hadinata, Kurnia. 2011. Membaca Krisis Budaya Baca Orang Muda Minang. Singgalang Minggu, 30 Oktober 2011 ( 3 Zulhijah 1432 H) hal B-14

Nilai-nilai Amerika: kelestarian dan perubahan


TUGAS READING REPORT SEJARAH AMERIKA
( Nilai-nilai Amerika: kelestarian dan perubahan )




Oleh :
PIKI SETRI PERNANTAH
17582 / 2010



JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011


BAB I
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL: PAHAM ABAD KESEMBILAN BELAS

Sekelompok orang yang berkumpul di Philadelphia pada tahun 1787 menyusun sebuah undang-undang dasar bagi Negara Amerika Serikat yang baru didirikan. Hampir seluruhnya memiliki keyakinan pada akal budi manusia. Perhatian dan minat bangsa dan amerika diarahkan pada manusia sebagai individu. Demokrasi merupakan ungkapan politis dari penekanan pada hidup kemasyarakatan yang otomistik, namun para penyusun konstitusi mempunyai speksitisme yang cukup sehat terhadap demokrasi. Dengan demikian para pembuat konstitusi mendirikan pemerintahan dengan gaya ajaran Locke yang terbuka atas dasar persetujuan rakyat. Memperkenalkan gaya pemerintahan yang berdasarkan kehendak rakyat. Bukti pemerintahan atas dasar kedaulatan rakyat telah berhasil ditunjukkan. Di bawah sistem ini Amerika Serikat telah menjadi bangsa yang penting.
Diantara Orang Amerika pada masa itu kata “demokrasi” mendapatkan dua konotasi yang berbeda tapi saling berkaitan, yaitu :
§  Demokrasi realistik adalah pola perilaku yang mencakup kegiatan seperti rapat panitia partai politik dan saling mencari dukungan, perjuangan memperoleh jabatan diantara tokoh partai dan perdebatan untuk memenangkan ide diantara kelompok atau pressure groups.
§  Demokrasi romantik adalah seperangkat gagasan yang membentuk suatu kepercayaan bangsa, suatu national faith mengandung kekuatan sebagai agama Negara, meskipun tidak diakui.
Di Amerika pada masa pertengahan, kesatuan merupakan masalah utama. Amerika Serikat menghadapi ancaman separatisme. Yang dibutuhkan orang Amerika pada masa itu ialah pertahanan diatas rasa rendah atau interioritas terhadap Eropa. Landasan paham demokrasi adalah supernaturalisme yang berasal dari agama nasrani. Dasar pemikiran atas teori yang melandasi paham demokrasi ialah bahwa Tuhan, Sang Pencipta umat manusia, juga telah menciptakan hukum morah yang mengatur kehidupan bernegara, dan memberikan hati nurani atau kesadaran untuk memahami hukum moral tersebut.
 Penerimaan oleh semua pihak terhadap Doktrin ini menunjukkan bahwa doktrin tersebut mengandung kegunaan bagi budaya masa itu.  kontriversi tentang perbudakan benar-benar merupakan batu uji bagi demokrasi institusi politik Amerika. Doktrin kedua dalam paham demokrasi pada periode pertengahan ialah doktrin mengenai individu yang bebas. Doktrin ini berisikan teori kebebasan dan hubungan individu terhadap Negara. Doktrin ketiga dalam paham demokrasi ialah doktrin bahwa Amerika mengemban suatu misi. Hal ini adalah versi pertengahan abad kesembilan belas dari mitos tentang asal mula yang unik dan juga akdir yang unik sebagaimana yang dianut dalam tradisi suku-suku bangsa.

BAB 2
DEMOKRASI AMERIKA DALAM KRISIS DUNIA

Seratus tahun yang lalu sebuah kapal  layar dengan layar tegak terbentang dan ujung haluan yang pipih terdongak berdiri di pelabuhan Boston, mengarahkan haluannya ke Eropa. Di atas kapal tersebut terdapat seorang pemuda yang bernama Goerge Bancroft yang baru saja lulus dari Universitas Harvard, ia dalam perjalanan ke Eropa untuk meneruskan studinya. Dikemudian hari ia menjadi pakar sejarah pertama yang melacak asal usul dan perkembangan cita-cita demokrasi Amerika.
Pada abad ke-19, Eropa merupakan pusat peradapan dan harapan dunia. Rakyat Amerika memandang Eropa sebagi tempat mencari ilmu, sebagai standar cita rasa dan inspirasi. Dewasa ini, Eropa dan Dunia pada umumnya sedang dilanda krisis. Pikiran kita sedang dirisaukan oleh berita-berita tentang pemboman, serangan-serangan militer didarat dan lautan, dan tentang runtuhnya bangsa-bangsa.
Empat prinsip yang absolut dan tak dapat berubah, merupakan dasar / landasan yang memungkinkan adanya tidak hanya ilmu pengetahuan melainkan juga segala bentuk pembelajaran, yaitu :
-          Belajar adalah hasil penalaran
-          Belajar adalah hasil jiwa individu yang bebas
-          Belajar merupakan hasil kebebasan yang bertanggung jawab
-          Belajar merupakan hasil kepercayaan timbal-balik di antara orang jujur yang berkarya demi kesejahteraan umum.
Prinsip-prinsip itu adalah pernyataan ulang tentang paham demokrasi Amerika, yang sekarang ini sudah berusia lebih dari satu abad. Prinsip-prinsip itu sudah menyatu dalam idealisme demokrasi di manapun orang mengikutinya. Kepercayaan terhadap demokrasi ini mencakup, dahulu dan sekarang.




BAB 3
ASAL MULA SPIRITUAL BUDAYA AMERIKA

Makna Demokrasi
            Demorasi bagi warga negara pertengahan abad kesembilan belas mengandung dua makna yang terpisah tapi saling berhubungan, yaitu
§  demokrasi romantik
§  demokrasi realistik.
Makna kedua dari kata demokrasi pada masa Jackson dan Emerson dapat ditemukan dalam penggunaan kata ini untuk menggambarkan sejumlah cita-cita atau ideal yang dapat dipakai sebagai patokan untuk menilai tindakan.
Gagasan Dasar Paham Demokrasi
             Gagasan-gagasan yang menonjol pada paroh pertama pada abad kesembilan belas adalah:
§  konsep pertama: individu yang bebas, rasional, dan bertanggung jawab, yakni individu yang mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan tepat berdasarkan akal budi, bebas menentukan pilihan, bebas dalam berfikir dan mengungkapkan keyakinannya yang mantap dihadapan umum, yang bebas memuja Misteri yang tak terjangkau manusia atau memuja Tuhan di Gunung Horeb.
§  konsep kedua: keyakinan bahwa sebagaimana suatu bangunan ditopang oleh kerangka baru, demikian pula suatu masyarakat ditopang oleh kerangka prinsip-prinsip yang abadi.
§  Konsep ketiga: gagasan kemajuan. Arti kemajuan dan kepercayaan pada kemajuan begitu memasukipemikiran Amerika pada pertengahan abad kesembilan  belas sehingga orang-orang Amerika hamper tidak menyadarinya lagi sebagai suatu keprcayaan.
§  Konsep keempat:  kesamaan nasib sebagai bangsa.
Tiga Aliran Perkembangan Tadisi
           Dari puritanisme dan tidak dari sumber lain paham demokrasi Amerika di pertengahan abad ke-19 mendapatkan pengaruh untuk mementingkan hukum moral fundamental di samping doktrin tentang individu yang harus mendisiplinkan diri sendiri. Para penganut Quakerisme menekankan kemuliaan kodrati manusia karena kenyataan bahwa penciptanya Yang Maha Kuasa sudi bersabda di hati nurani rakyat yang paling hina sekalipun. Di abad ke-18 umat Quaker di koloni-koloni Amerika merintis gerakan untuk menghapus perbudakan kaum negro. Quakerisme menjunjung tinggi kebebasan individu, harkat, dan derajat manusia serta persaudaraan universal. Dari Qukerisme tumbuh humanitarianisme yang mekar dengan segar di abad ke-18 dalam kehidupan dan karya john Woolman. Berkat semangat humanitariannya, individu di abad ke-19 menanggalkan sifatnya yang keras dengan menambahkan kepada tanggung jawab manusia yang kuat suatu kewajiban untuk membantu sesamanya yang menderita.

BAB 4
TRADISI PENCERAHAN
          
 Jeffersonlah tokoh yang dalam hal pandangan hidupnya dan sumbangannya bagi pemikiran serta peradapan dapat disebut sebagai salah seorang diantara filsuf dunia yang menjadi pelopor-pelopor gerakan pencerahan. Newton dan Locke merupakan inti pemikiran Jefferson. Gerakan pencerahan merupakan perkembangan atau produk dari karya dua imuan terkemuka Inggris di abad ke-17. Franklin dan Jefferson merupakan bukti-bukti nyata tidak hanya bahwa gerakan Pencerahan, sebagai satu fase alam pemikiran, telah menggapai masyarakat provincial Inggris di Barat Samudera Atlantik, tetapi juga bahwa budaya Amerika abad ke-18 mampu menyumbangkan kepada masyarakat itu tokoh-tokoh penting kaliber dunia, seorang di bidang ilmu pengetahuan, dan seorang lainnya di bidang filsafat social dan politik.
         Gerakan Pencerahan dengan sendirinya menghasilkan tidak hanya kosmologi, suatu konsep alam semesta sebagai mesin yang berfungsi dengan sempurna, dan filsafat sosial, yakni doktrin tentang hak-hak alami untuk menguasai linkungan dan mencapai kemajuan, tetapi juga suatu agama, yaitu agama alam. Gerakan Pencerahan menonjolkan individu,dan penonjolan itu untuk sebagian diilhami oleh tradisi Kristiani yang panjang. meskipun gerakan itu beragama alam, sesungguhnya ia merupakan bagiannya.
            Tokoh-tokoh gerakan Pencerahan sudah barang tentu berfikir dalam kerangka konsep universal yang mereka anggap berasal dari kodrat dan harkat manusia itu sendiri.  Di tahun-tahun 1930-an bersama Freud menemukan bahwa realitas psikologis, dan bersama Pareto realitas social untuk sebagian terletak pada hal yang tidak rasional. Dalam gerakan masal totalitarian inti-intelektuallisme berkembang menjadi perjuangan palsu untuk membawakan keselamatan kepada abad modern ini.
Pertengahan abad ke-20 erat hubungannya dengan gerakan Pencerahan. mungkin pada suatu ketika akan disebutgarakan Pencerahan Baru. Gabungan akal-budi seluruh bangsa-bangsa di Dunia ini akan dapat mengendalikan kekuatan-kekuatan yang dibuahka oleh ilmu pengetahuan untuk mencapai tujun-tujuan yang berfaedah.

BAB 5
AGAMA INJILI DAN ROMANTISISME KERAKYATAN DI AMERIKA
AWAL ABAD KESEMBILAN BELAS

Abad ke-20 yang merosotkan suatu kepercayaan lama dan dinamis pada kemajuan. Protestantisme, mengalami goncangan dalam ajarannya yang mapan, memberikan arti makna kepada tradisi Kristiani bagi generasi materialistis. Untuk mempertahankan nilai-nilai manusiawi yang kebebasan-kebebasan dasar dalam kekuatan dan kesewenang-wenangan.
Bagian pertama abad ke-19 menyaksikan merosotnya paham Deisme, kebangkitan gerakan Protestan Injili, dan perumusan terakhir sejumlah perangkat gagsan dan nilai-nilai yang membentuk paham demokrasi Amerika. Proklamasi kemerdekaan yang menekankan kebebasan, dan mengutamakan doktrin, kesamaan hak dikemudian hari. Jefferson menetapkan Undang-Undang mengenai kebebasan beragama di Virginia, suatu kebebasan yang dijamin dan diperluas oleh amandemen pertama Konstitusi Federal di Amerika.
Di kawasan barat negara ini agama Protestan Injili menjadi agama rakyat yang mengungkapkan sikap rakyat dan memenuhi kebutuhan intelektual dan emosional mereka. Di dalam Kitap Perjanjian Lama dan Baru menjadi norma-norma otoritatif untuk mengatur perilaku manusia, yaitu norma hukun abadi Tuhan di tetapkan untuk menertipkan masyarakat.
Alkitab berbicara penuh kewibawaan, kata-katanya ditafsirkan dan tiada satu gereja pun memberikan tafsir tunggal yang mengikat. Kitap Injili dan bahkan memiliki bermacam-macam pemikiran flosofis dan teologis rekaan sendiri. Memainkan peranan penting dalam terpecahbelahnya aliran Protestan yang merupakan gejala menonjol abad ke-20. Emosi digali dari kedalaman kodrat manusia melalui konflik dan irama. Protestanisma Injili memberikan kedua-duanya; pertama-tama dengan menyajikan drama peperangan antara Tuhan dan Iblis untuk menguasai dunia penuh dosa, kedua puncak konflik antara pendosa dan dosanya. Dalam lagu-lagu pujian Protestatisme Injili, agama rakyat sangat menonjol. Lagu-lagu spiritual kaum kulit putih adalah modifikasi nyayian-nyayian rakyat waktu itu. Kebanyakan adalah lagu-lagu ratapan penuh kesedihan dan berkaitan dengan kematian bernada minor. 
Protestantisme abad ke-19 sebagai agama rakyat dan transendentalisme sebagai agama untuk mereka yang lebih terpelajar, yang jumlahnya tidak besar, pada dasarnya kedua-duanya merupakan agama romantik. Agama Nasrani memberikan tempat yang dominan kepada romantisisme dalam iklim opini Amerika abad ke-19. Romantisisme kesamaan-kesamaan yang mendasar diantara pemikiran regius dan sekuler. Dibesarkan atas dasar emosinalisme Protestantisisme Injili. Romantisisme menekankan keluhuran keprihatinan terhadap umat manusia yang menderita. Emosionalisme Romantisme memiliki kekuatan di bidang usaha kemanusiaan maupun keagamaan.

BAB 6
THOMAS JEFFERSON DAN RASIONALISME
ABAD KEDUA PULUH

Rakyat Amerika di bagian pertama abad ke-19 mengangkat Washington menjadi pahlawan Nasional yang terbesar. Pada abad ke-20 muncul sebagai lambing pahlawan Amerika yang paling dicintai dan paling perkasa. Jefferson adalah seorang petani merasa cemas terhadap perekayasa perkotaan dan berpendapat bahwa kaum petani mandiri harus menjadi penyanggang utama dam pembawa tradisi Demokrasi Amerika Utama. Jefferson menekankan peran individu dari pada pemerintah. Ia menandaskan bahwa pemerintah yang terbaik adalah yang sedikit mungkin memerintah, dan bahwa demokrasi itu paling efektif dilaksanakan oleh pemerintah local dan bukannya pemerintah nasional yang terpusat.
 Abad ke-18 umat manusia abad itu oleh keserasian dan keagungan alam semesta mekanistik Newton, yang berhasil disinggkap oleh rasio, mengesampingkan hal-hal yang mereka anggap takhyul, dan bergerak maju di bawah cahaya ilmu pengetahuan disebut abad Pencerahan. Konsep tentang martabat  manusia dan kemampuannya adalah kebebasan. Menurut Jefferson, karena manusia adalah bagian dari kebebasan juga tentunya inheren dalam alam. Hak-hak alami serta nilai-nilai moral abad ke-20 serta idealisme Woodrow Wilson yang dinamis pada masa Perang Dunia I. Holmes abad ke-20 pakar-pakar antropologi yang menyelidiki tingkah-laku manusia itu menekankan setiap kebudayaan, mempunyai nilai-nilai, norma etikanya.
Realisme geopolitik yang mencurahkan seluruh perhatiannyakepada pertentangan antar suku versi darwi merupakan bagian dari rasionalisme alamiah abad ke-20 yang menonjolkan keistimewaan. Agama Protestan liberal mendukung Perang Dunia I sebagai perang untuk menghentikan perang dan sebagai perjuangan untuk menghentikan perang dan sebagai perjuangan untuk membuat dunia aman bagi demokrasi. Kata-kata Jefferson yaitu proklamasi kemerdekaan bahwa manusia diciptakan sama, setiap orang mempunyai hak-hak asasi yang tidak boleh diganggu gugat.

BAB 7
NASIONALISME DAN ATOM

Langmuir maupun Johnson berfikir dari segi nasionalisme tradisional. Louis L. Snyder berkata nasionalisme adalah lambing yang dipandang dari segi sosial diterima dan yang digunakan masyarakat modrn untuk menjamin keamanan. Amerika Serikat mempunyai monopoli di bidang tenaga atom rakyat Amerika mengenyanm keamanan yang tidak dapat di ganggu gugat. Kemurahan hati negara-negara menderita karena perang dan kepentingan nasional. Amerika melebarkan benteng atomnya sampai Eropa Barat. Uni Soviet mengembangkan bom atomnya, masalah keamanan mengalami transformasi radikal. Baik Uni Soviet maupun Amerika Serikat dalam perang atom tidak mungkin dapat menyelamatkan kota maupun rakyat dari kehancuran. Supaya diadakan pengamanan kolektif, yang sifatnya global.
Amerika Serikat kembali keusaha pemecahan masalah, meningkatkan kekuatan angkatan bersenjata, mampu bertindak cepat dan sekaligus serangan yang mungkin dilakukan oleh musuh “Sekakmat” terciptalah atom. Situasi itu mempertebal nasionalisme, pertama-tama bom atom dan kemudian bom hydrogen. Pada tahun 1957 kerajaan Inggris meletuskan suatu bom hydrogen diatas Cristmas island. Peristiwa itu menunjukkan suatu hubungan antara nasionalisme dan atom. Bom atom telah menyebabkan bangsa lain ingin memilikinya.
Rusia rangkaian uji cobanya pernah diumumkan, uji coba-uji coba diakhiri. Nasionalisme mengenyampingkan kritik terhadap karena diilhami komunis adalah suatu nasionalisme yang menunjukkan segi kejahatan. Desakan rakyat untuk mengakhiri uji coba mereda. Kegagalan yang terus menerus dalam perundingan di London untuk merintis penghentian pembuatan senjata nuklir untuk perang yang oleh kedua pihak dipandang sebagai bunuh diri nasionalisme di abad atom, telah menyatakan kemauan menerima pembatasan kedaulatan sebagaimana mungkin dilakukan pengawas-pengawas internasional. Suatu nasionalisme baru tumbuh di Gold Coast. Karena itu, nasionalisme Amerika menyatakan diri berada diruang lingkup batas-batas yang ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan akan keamana bersama.
Nasionalisme meskipun terbatas sekali, akan memacu kebijakan-kebijakan negara nasionalisme dan internasionalisme. Kekuatan atom belum dan tidak akan membuat nasionalisme anakronisme sepenuhnya di waktu mendatang yang dapat kita pantau. Terjadi pelepasan tenaga atom adalah berkembangnya pemikiran dalm masyarakat internasional untuk menciptakan suatu kompromi atau dua hal yang ekstrim, yakni nasionalisme yang berkelebihan dan Pemerintahan dunia.

BAB 8
PERANG DINGIN DAN PERUBAHAN DALAM
ALAM PEMIKIRAN AMERIKA

Woodrow Wilson salah satu semboyan utama atau kata kunci adalah kemajuan, berarti peninggalan yang lama menuju tahap-tahap baru. Kebobrokan sosial dan politik telah tersingkap. Abad ke-19, paham itu menekankan tiga doktrin secara khusus:
§  doktrin tentang hokum asasi individu yang bebas dan bertanggungjawab, dan misi Amerika.
§  doktrin tentang individu yang bebas bertanggungjawab: individu bebas menentukan nasibnya sendiri dan bebas mengembangkan kehidupannya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada padanya.
§  doktrin tentang mengembang suatu misi untuk tampil dimuka bumi sebagai saksi bahwa manusia yang bebas mampu memerintah diri sendiri tanpa campur tangan raja-raja atau aristokrasi yang turun temurun.
 Orang-orang abad ke-19, berasumsi berada ditangan demokrasi berjaya di bumi ini. Memperluas prinsip-prinsip bidang organisasi internasional. Penggunaan kekerasan negara-negara besar menyelaesaikan pertikaian. Perang Dunia I mengawali abad penuh revolusi dan perang besar-besaran pernah terjadi. Pada tahun 1950-an, ketika perang dingin Amerika Serikat dan Uni Soviet mengungkapkan kenyataan-kenyataan eksistensi nasional di abad nuklir ini. Kedua muncul pertengahan abad ke-20, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Timbullah suatu revolusi alam Pikiran rakyat Amerika sehubungan meletusnya perang yang sesungguhnya.
Perang Dingin adalah keadaan biasa sehari. Winston Churchill bahwa keseimbangan adalah satu-satunya jalan yang dapat melindungi kita dari bom. Akan tetapi perang dingin dilakukan di bidang-bidang diplomasi ekonomi dan propagan. Harapan tang tersirat didalam kata-kata adalah harapan rakyat Amerika setiap masa perang, kecuali di masa perang dingin ini: yang dapat kita lakukan adalah berharap semoga ketegangan yang melanda mereda sedikit.
Kondisi-kondisi pertengahan abad ke-20 telah mengubah misi Amerika menjadi komandan pertempuran demi kelselamatan dan kelestarian dunia merdeka. Ketegangan perang dingin menyingkap banyak kenyataan hidup yang mendasar. Untuk  menghadapi serangan-serangan dan kiat-kiat musuh totaliter adikuasa, menuntut tidak hanya satu pemerintahan yang kuat tetapi pemerintahan yang mampu bertindak secepat kilat untuk mengendalikan individu. Perang Dingi melawan komunisme totaliter adalah member kepada generasi pertengahan abad ke-20.
Pengertian tentang kenyataan-kenyataan dan kesukaran demokrasi, melampaui pengertian generasi mana dimasa sebelumnya. Masalah-masalah menyangkut demokrasi, pertama adalah berkisar di bidang pendidikan. Dampak perang dingin mempertajam hubungan antar bangsa. Kejayaan demokrasi ditemukan didalam kenyataan sebagian besar rakyat kita telah dapat mengatasi masalah sosial yang paling lewat, yaitu hubungan antar bangsa kulit putih dan suku-suku bangsa Negro. Perang Dingin dengan tegas dan dengan bergantung kepada ilmuan dan kedaulatan rakyat kepada cendekiawan nomor wahid yang jumlahnya tidak besar.

BAB 9
 PERUBAHAN DAN PERSPEKTI-PERSPEKTIF BARU

Para pakar sejarah bangsa Amerika setelah menengok ke belakang dan mengamati keadaan tiga setengah abad yang lalu, untuk pertama dan terakhir kali melihat perubahan suatu bangsa yang bergaris mengikuti garis depan yang terus bergerak melangkah dari komposisi etnis yang sederhana ke yang rumit dan dari suatu bangsa yang memperbudak bangsa lain ke bangsa yang memperjuangkan kesamaan hak, suatu ekonomi yang berkembangan dari pertanian sederhana ke industri.
Suatu bangsa yang memulai sebagai kofederasi negara-negara jauh dari pusat peradapan Barat, menjadi perkasa dan akhirnya muncul menjadi peradapan yang terancam oleh kekuasaan sewenang-wenangan dan falsafah serta sistem materialistis, semakin cepat merupakan fakta yang tegar dalam budaya rakyat Amerika. Tiga faktor muncul perubahan : cepat meningkatnya ilmu-ilmu yang menunjang terutama dibidang pengetahuan dan teknologi, pengejawantahan bentuk dan kekuatan kebudayaan yang senantiasa berubah-rubah di dunia manca negara, merupakan ruang lingkup kemasyarakatan, dan serangkaian nilai dalam peradapaan yang sedemikian lama dan sedemikian erat sehingga menjelma menjad ikepercayaan atau iman. Ketiga faktor, yang mengejala pada pertengahan abad ke-20 ini merupakan perspektif-perspektif bagi generasi masa kini.
 Perubahan-perubahan memberi peringatan supaya jangan terjadi penyimpangan. Amerika modern mau menggunakan akal budi, ia harus pengertian dan pandangan ilmu pengetahuan sosial. Ilmu komunikasi memberikan perspektif  bagi Amerika pertengahan abad ke-20 sehingga perubahan-perubahan yang terjadi di dunia.


BAB 10
AGAMA DALAM KEHIDUPAN AMERIKA

Dewasa ini Amerika, yang lahir dari Eropa Barat dan yang sekarang menjadi negara adikuasa yang tidak ada bandingnya. Nilai-nilai agama melatarbelakangi alam pikiran, meningkatnya minat terhadap agama menonjol salah satu aspek yang paling mencolok pada suatu abad yang dipenuhi kecemasan. Konferensi mengenai agama dan mencerminkan kebutuhan yang dirasakan zaman ini.
Satu Warisan Perubahan Budaya
Tradisi keagamaan Amerika mulai pada abad ke-17 sebagai kecemasan rohani yang disebabkan, menurut Paul Tillich, konflik sosial mendasar abad-abad pertengahan. dalam suatu abad penuh pertentangan diantara berbagai versi agama. Semasa itu membuktikan pentingnya agama bagi rakyat di zaman itu menjadi perhatian bukan ilmu pengetahuan melainkan agama. Tahun 1947 di Inggris terjadi dari 14 umat Anglikan dari aliran “katolik”, Uskup Agung Canterbury dengan maksud “mengadakan penelitian tentang sebad-musabab kemacetan diskusi antara pemuka-pemuka agama Kotolik dan Protestan” mengkaji dijalin suatu sintesis antara Katolik dan Protestan.
Protestantisme Ortodoks, Liberalisme pasca Trente terwakili dalam Gereja Inggris (abad ke-10). Liberalisme adalah sebuah istilah ibarat pisau yang karena sudah menjadi tumpul. Liberalisme sebagai semangat dan tradisi renesans. Agama Katolik Roma Pasca Trente di dasarkan pada deklarasi KonsiliTrente (pada tahun 1564). Ketiga aliran itu semuanya ada dalam kepercayaan agama bangsa Amerika. Tradisi religious Amerika ketika berkembang setengah abad yang pertama.
Penyesuaian Diri Amerika
Aliran Protestan menekan pentingnya hubungan individu dengan Tuhan. Masyarakat yang bertebaran di sepanjang pantai, para penduduk dalam menjalankan tugas dalam kehidupan sehari-hari, mulai merenungkan hubungan individu dengan masyarakat. Protestatisme menyatakan dengan tegas bahwa individu, walaupun dia memang mewarisi kondisi manusia yang batil harus menghadapi tuhan seorang diri.
Deklarasi dan Agama
Winthrop S. Hudson tahun 1953, menyatakan bahwa suatu keseimbangan yang dirumuskan dengan seksama antara gereja dan negara sejak dahulu merupakan tradisi kehidupan keagamaan dan politik Amerika yang dapat di banggakan. Tradisi agung ini, pada hakekatnya harus ditinjau berdasarkan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya.
Pendidikan yang Dibina Oleh Gereja dan Negara
Para warganegara Republik, sadar akan tanggungjawabnya atas Tradisi Agung bagi gereja dan negara menaruh perhatian kepada pendidikan. Rakyat Amerika dibawah bimbingan paham demokrasi merumuskan tujuan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Keyakinan mendasar tradisi Yahudi-Kristiani yang melandasi paham demokrasi waktu itu melatar belakangi sekolah-sekolah yang kian berlipat ganda.
Melajunya Perubahan Budaya
Lima revolusi mewarnai kurun waktu antara zamannya Lincoln dan zaman sekarang kita ini. (1) Usaha di bidang perekonomian bidang industri permesinan menghasilkan produk luar biasa, (2) Perang Saudara dan Perang Dunia I suatu arus imigran, mengubah corak etnis bangsa kita, (3) Industrialisasi mengakibatkan urbanisasi kaum imigra, (4) Amerika terpacu untuk mengambil tindakan akibat malapetaka depresi, meningkatkan peranan negara dan belajar menggunakan pemerintahan yang kuat untuk perekayasaan sosial. (5) Pendidikan tinggi zaman Mark Hopkins, menciptakan Universitas modern.
Pengetahuan Baru
Pada tahun 1865 rakyat Amerika meninggalkan keterlibatan mereka dalam perang saudara dalam 4 tahun, setelah perang saudara mengajukan perubahan revolusioner dalam konsep asal usul manusia. Bagi orang Amerika pandangan tentang alam semesta di kendalikan oleh kekuasaan ilahi yang menciptakan manusia dengan martabat yang sedikit lebih rendah dari malaikat. Jika aliran Protestan ortodoks mempunyai kode etiknya, maka cendikiawan pun memiliki kode etiknya. Kode yang merupakan ungkapan semangat Renesans bersifat absolut. Pemimpin-pemimpin totaliter memaksa cendikiawan-cendikiawannya untuk berkarya bagi negara.
Teologi Baru
Berpegang teguh pada ajaran-ajaran tradisional ditengah-tengah pertentangan yang timbul akibat ilmu pengetahuan dan hasil penelitian di bidang sejarah. Tokoh-tokoh teologi baru mempunyai alam pikir dan pandangan hidup yang sama yang dimiliki rakyat pada umumnya pada waktu itu.
Agama Dalam Budaya Modern
Kata Reinhold Niebuhr pada tahun 1927 “ agama dalam peradaban modren tidak dalam keadaan yang benar-benar sehat ”. Pada tahun 1927 Niebuhr mengakhiri penilaiannya terhadap situasi agama di Amerika Serikat. Rakyat Amerika pada pertengahan abad terjerat dalam suatu dilema yang sungguh kejam. Mereka menghadapi musuh yang tidak mungkin diajak berdamai, mempunyai senjata absolut, tidak hanya menantang negara tetapi juga paham demokrasi dan kepercayaan religius mereka.

BAB 11
NILAI-NILAI TRADISIONAL DALAM  KEHIDUPAN AMERIKA

Deklarasi kepercayaan
Nilai adalah kepercayaan-kepercayaan bahwa cara hidup yang diidealisasi adalah cara yang terbaik bagi masyarakat, nilai berfungsi mengilhami anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan cara yang diterima masyarakatnya. Nilai-nilai adalah gambaran-gambaran yang ideal, nilai-nilai merupakan alat untuk menentukan mutu perilaku seseorang. Warganegara Amerika Serikat menghargai kebebasan individu. Mereka menjunjung tinggi kebebasan, mereka percaya bahwa kebebasan dalam batas-batas yang ditetapkan demi kebaikan bersama memungkinkan individu untuk mengungkapkan sepenuh-penuhnya kualitas dan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat hidup dengan harga diri yang berasal dari kemampuannya menentukan pilihan dan peluang untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi alam memberikan batasan-batasan kepada perilaku manuasi. Masyarakat menghargai otoritas hukum. Hukum negara sebagaimana yang ditafsirkan oleh lembaga-lembaga peradilan selama lebih dari 1½ abad memberikan bahan-bahan tambahan.
Tradisi Sebagai Sumber Nilai-nilai Amerika
Nilai-nilai yang dijunjung tinggi rakyat Amerika timbul dari suatu tradisi yang berasal dari Timur Tengah, Yunani dan Romawi kuno. Bahasa-bahasa Indo-Eropa sudah meluas ke kawasan Selatan dan Barat membawa kesamaan-kesamaan halus di daerah-daerah yang luas di Asia dan Eropa. Akan tetapi Yunani, Roma dan Timur tengah merupakan daerah-daerah khusus sebagai daerah asal peradapan yang kita sebut peradapan Barat.
Timur Tengah kuno memberi kepada Barat suatu agama monoteistik yang memunculkan dua rumus yang penting bagi pola pemikiran Barat, termasuk Amerika:
1.      Gagasan tentang individu dihadapan Tuhan
2.      Gagasan bahwa sang Ilahi yang tidak hanya merestui perilaku yang baik akan tetapi juga menetapkan hukum moral untuk mengatur hubungan antar-individu di masyarakat.
Dari Yunani dan Roma kuno diperoleh humanisme sekuler yang juga bersifat mendasar bagi pola pikiran Barat (termasuk Amerika). Humanisme tercerminkan dalam gagasan-gagasan dan sikap-sikap yang tetap bertahan sampai ke abad ke-20 ini:
1.      Suatu filsafat spekulatif yang membicarakan hakekat manusia dan hakekat realitas yang lebih luas dimana manusia merupakan bagian dari realitas tersebut.
2.      Gagasan bahwa pengetahuan memiliki nilai; bahwa ilmu, didasarkan pada observasi yangcermat dan logika yang benar merupakan sarana untuk memahami alam semesta dan bahwa sejarah merupakan suatu sarana untuk membuat manusia sadar akan dirinya dan nilai-nilainya.
3.      Gagasan tentang adanya suatu tata dalam alam semesta dan dalam masyarakat yang dapat ditemukan melalui pengamatan dan akal budi manusia.
4.      Gagasan tentang hukum alam dan hubungan antara manusia yang merakumkan prinsip-prinsip keadilan yang berada diatas kehendak dari manusia yang diperintah dan yang memerintah, dan menjadi dasar bagi manusia untuk memiliki harapan mencapai kemajuan munuju terciptanya masyarakat yang lebih sempurna
5.      Gagasan tentang seni sebagai bentuk-bentuk teratur, yang mencermikan manusia didalam lingungannya, tradisi dan kepercayaan; dari Yunani datanglah gagasan tentang arsitektur sebagai ungkapan ruangan interior.

Nilai-nilai Amerika dalam Politik
Nilai-nilai Amerika dalam politik bersumber pada pola pemikiran Inggris abad ke-17. John Locke, seorang filsuf Inggris, membenarkan “Revolusi 1688”. Hanya sedikit perbandingan antara jumlah tenaga dan tanah. Empat tahun perang saudara (1861-1865), muncullah nilai-nilai Amerika di bidang politik:
1.      Konsep negara sebagai sarana yang diciptakan untuk melindungi rakyat dan meningkatkan kesejahteraan umum
2.      Kebebasan dan tanggungjawab warga negara untuk mempunyai suara dalam pemerintahan sebagaimana terwujud dalam hak dan tanggungjawab untuk memilih
3.      Kebebasan untuk memperoleh segala macam informasi atau pengetahuan. Dicapai melalui sistem pendidikan umum, kebebasan akedemis, dan adanya pers yang bebas
4.      Kebebasan untuk menyatakan pendapat, baik secara lisan maupun tulisan yang menyangkut bidang ekonomi, agama, politik, ataupun sosial.
5.      Perlindungan bagi warga negara terhadap campur pejabat-pejabat pemerintah yang tidak semestinya dalam urusan pribadi seorang warganegara.
6.      Hak warganegara untuk mengadakan pertemuan yang tidak menimbulkan keresahan umum.
7.      Supremasi kekuasaan sipil atas kekuasaan militer sesuai dengan prinsip bahwa kekuasaan sipil merupakan yang mengambil keputusan sedangkan kekuasaan militer adalah alat yang digunakan untuk melaksanakan keputusan bila diperlukan.
8.      Konsep federal Amerika sebagai ”suatu serikat permanen antara negara-negara permanen, yang di bentuk sesuai Perang Saudara, di pertahanan melalui kekuasaan hukum konstitusi dan yang melarang pembatalan atau pemisahan diri oleh negara-negara bagian”.

Hukum dalam Nilai-nilai Amerika
Nilai-nilai Amerika yang berkembang di bidang hukum mencakup konsep berikut ini:
1.      Konsep “pemerintah oleh hukum dan bukan oleh manusia”, berarti kekuasaan hukum yang dijalankan pengadilan biasa berada diatas kekuasaan para pejabat dan instansi pemerintah.
2.      Konsep hukum sebagai suatu yang hidup dan tumbuh terus mengikuti perkembangan masyarakat.
3.      Hak setiap orang untuk bebas bergerak kemana saja dan memilih pekerjaan, kecuali dinyatakan bersalah melakukan kejahatan, dan dikenekan hukum umum, yang melarang perbudakan dan kerja paksa.
4.      Hak setiap orang untuk mengetahui pekerjaan yang dituduhkan negara terhadap dirinya, hak di adili secara cepat dimuka umum, hak memperoleh saksi, dan bantuan hukum sehingga menjamin adanya perlindungan hukum.
5.      Hak setiap orang untuk menolak memberikan kesaksian melawan dirinya sendiri. Supaya jangan sampai terucapkan pengakuan paksaan atau palsuyang merupakan aspek yang paling keji dari tirani totaliter.
6.      Hak untuk diadili oleh juri yang beranggotakan orang-orang yang menyampaikan tuduhan-tuduhannya.
7.      Perlindungan bagi orang-orang supaya “jiwa dan raganya jangan di ancam bahaya sampai dua kali bagi satu pelanggaran yang sama atau jika ternyata bersalah, jangan sampai mendapatkan hukuman yang kejam atau di luar batas”.
8.      Pengingkaran terhadap wewenang pemerintah untuk menghukum seseorang melalui perangkat hukum, yaitu undang-undang yang dirumuskan untuk menyatakan bahwa suatu tindakan adalah pelanggaran setelah tindakan tersebut terjadi.
Agama dalam Nilai-nilai Amerika
Aspek keagamaan dari kebudayaan Amerika Serikat mengungkap tradisi Yahudi-Kristiani sebagai unsur pokok dalam peradapan Barat. Kepercayaan mayoritas pria dan wanita abad ke-17 dan ke-18, yang meletakkan dasar-dasar perdaban Amerika adalah Protestantisme dalam berbagai aliran. Dalam abad ke-19 dan awal abad ke-20, berjuta-juta imigran kebanyakan dari Eropa, membanjiri Amerika Serikat. Mereka beragama Katolik Roma. Pada pertengahan abad ke-20, yang merupakan zaman yang ditandai dengan perhatian luar biasa kepada agama di antara warga negara Republik suatu gerakan ekumenis atau gerakan penyatuan membawakan langkah-langkah untuk mempersatukan kalangan umat protestan Amerika. Dari pengalaman keagamaan selama lebih dari tiga abad dan dari pengalaman kepercayaan pada rasionalisme humanistik selama lebih dari dua abad muncullah nilai-nilai agama dalam kehidupan Amerika yang mengandung konsep-konsep dan tujuan-tujuan berikut ini:
1.      Gagasan bahwa negara tidak mempunyai batas yang sama dengan masyarakat, tetapi lembaga-lembaga agama berhak hadir ditengah-tengah masyarakat tanpa ketergantungan kepada negara gereja.
2.      Kebebasan untuk mengimani dan menyebarluaskan agama dengan petunjuk suara hati seseorang, atau kebebasan untuk tidak beribadah.
3.      Gagasan tentang gereja sebagai persekutuan orang-orang yang beriman bertanggungjawab atas kelestariannya.
4.      Penekanan pada sesuatu bentuk theisme sebagai suatu kerangka untuk menjelaskan makna kehidupan manusia.
5.      Gagasan yang diterima secara luas tetapi tidak menyelur bahwa norma-norma etika bersumber pada agama.
6.      Gagasan bahwa untuk peningkatan persaudaraan antar manusia bahwa naungan Tuhan sebagai Bapa umat manusia, gereja-gereja harus menjangkau setiap sudut dunia dengan membawakan cinta kasih Tuhan, membantu evolusi sosial menuju kehidupan yang lebih baik, dan menjalin kerjasama diantara semua semua bangsa.
7.      Suatu semangat cinta kasih yang sebagaian berasal  dari tradisi humanistik dan sebagian lagi dari tradisi Yahudi-Kristianiserta gagasan bahwa perbuatanyang membantu kesejahteraan individu dan masyarakat sudah merupakan religius yang terpuji.
8.      Gagasan bahwa negara harus menghormati keyakinan orang yang menuruti suara hatinya tidak mau trut serta dalam kekerasan perang berdarah.
Pendidikan dalam Nilai-nilai Amerika
Seiring dengan perkembangan sistem persekolahan nasional nilai-nilai Amerika dalam pendidikan timbul dan mencakup konsep-konsep berikut ini:
1.      Gagasan bahwa pemerinthan yang efektif menuntut bahwa sebagian besar warga negaranya yang mempunyai hak pilih mengenyam pendidikan cukup tinggi.
2.      Gagasan bahwa kesamaan hak atas kesempatan belajar bagi semua warga negara merupakan landasan bagi suatu masyarakat demokratis yang adil dan didambakan.
3.      Gagasan bahwa pemerintahan berkewajiban memberi kesempatan belajar sejak taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
4.      Gagasan bahwa negara tidak bolehmemonopoli pendidikan dan universitas-universitas swasta yang independen memberikan variasi dan keanekaragaman kepada sistem pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan khalayak ramai.
5.      Gagasan bahwa sejak sekolah dasar, khususnya dengan pendidikan tinggi dengan mempersiapkan para ahli untuk bekerja ditengah-tengah masyarakat yang menekankan spesialis.
6.      Gagasan bahwa sejak sekolah dasar sampai tingkat sarjana muda, pendidikan dimaksudkan untun mempersiapkan individu menjadi mahkluk sosial dan memperkaya kultural dan pencerdasan akal budi.
7.      Gagasan bahwa pendidikan umum harus mendahului atau berjalan seiring dengan pendidikan keahlian dengan maksud bahwa seorang ahli mempunyai pandangan luas.
8.      Gagasan tentang kebebasan akademik yang menjamin bahwa pengajar yang diperguruan tinggi bebas mencari dan mengajarkan kebenaran tanpa paksaan dari pihak pemerintah, gereja, masyarakat niaga, dan pejabat administratif lembaga-lembaga pendidikan.
9.      Gagasan bahwa pendidikan merupakan proses sepanjang hidup sehingga pendidkan pasca sekolah harus cukup tersedia bagi orang dewasa.


Nilai-nilai Sosial
Nilai-nilai sosial Amerika Serikat berasal dari serat-serat religius dan humanistik dalam peradapan Barat. Dari proses perubahan sosial yang berlangsung lama berkembang nilai-nilai sosial rakyat Amerika, yaitu:
1.      Martabat dan pentingnya individu. Seorang individu merupakan pusat kekuatan dan nilai. Negara adalah sarana untuk meninglat\kan individu yang membentuknya.
2.      Kebebasan berfikir dan bertindak bagi individu. Seorang individu mempunyai wibawa dan hidupnya harus mempunyai arti, dengan sendirinya ia mempunyai kebebasan yang cukup besar.
3.      Kebebasan sedapat mungkin peluang yang sama, bagi individu untuk menentukan hidupnya sesuai dengan kemampuannya.
4.      Perhatian terhadap kelompok dan kegiatannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan untuk mendewasakan pribadinya sendiri.
5.      Perhatian terhadap keluarga sebagai institusi sosial yang mendasar maupunadat istiadat terhadap privasi dan loyalitas timbal balik antar anggota.
6.      Penghargaan bagi pekerjaan yang memacu prestasi seperti kemajuan dalam provesi dan penimbunan kekayaan, sebagai aspek normal kehidupan yang baik.
7.      Perhatian terhadap kesehatan fisik maupun mental masyarakat.
8.      Perhadian terrhadap pengapdian masyarakat sebagai sukarela oleh orang sebagai individu dan secara pribadi.
9.      Penerimaan terhadap perubahan sebagai aspek kehidupan sosial yang wajar dan perhatian terhadap ilmu-ilmu pengetahuan sosisal sebagai sarana untuk memperoleh tentang masyarakat dan untuk merumuskan perbaikan.
Ilmu-ilmu Pengtahuan dalam Nilai-nilai Amerika
Nilai-nilai ilmu pengetahuan yang muncul dalam kehidupan Amerika mencakup konsep-konsep berikut:
1.      Penghargaan terhadap realitas, yaitu pendekatan yang kritis terhadap gejala alam dan masyarakat, dengan diiringi dengan usaha untuk merumuskan gajala-gajala kedalam bentuk pemahaman yang semakin konsisten, teratur dan bersifat umum.
2.      Keyakinan bahwa manusia harus berani menyingkap rahasia-rahasia alam sebanyak-babyaknya, sesuai dengan kemampuannya.
3.      Keyakinan bahwa manusia tidak menghindari tanggung jawab moral atas penggunaan kekuatan apapun yang dihasilkan dan diberikan kepadanya oleh pengetahuan yang terus bertambah.
4.      Pengertian bahwa metodologi ilmu penetahuan, yang memadukan penalaran yang tepat dengan pengamatan yang cermat serta eksperimen terkendali, dapat menggapai pengetahuan baru jika ilmu pengetahuan sesuai dengan kode etik.
5.      Ilmuan yang mencari pengetahuan baru harus memiliki kebebasan untuk mengadakan penelitian, mengembangkan penalaran atas dasar fakta yang telah ditemukan dan mengungkapkan kesimpulannya.
6.      Dalam penyampaian hasil penemuannya, ilmuan harus setia kepada kebenaran yang ia temukan.
7.      Ilmuan harus mengadakan pendekatan terhadap pemecahan masala-masalah secara obyektif, bersedia menerima bukti-bukti dan menolak hipotesa-hipotesa yang tidak dapat dibuktikan.
8.      Perhatian terhadap penerapan ilmiah dengan menggunakan teknologi pada masalah-masalah kehidupan.
Nilai-nilai Dalam Ekonomi Amerika
Ekonomi koloni bersifat agraria, masyarakat Amerika menganggap kesejahteraan ekonomi sebagai landasan kesejahteraan individu maupun masyarakat. Menjelang Perang Dunia I peradapan Amerika telah meninggalkan ekonomi pertanian yang sampai pertengahan abad ke-19 paling menonjol. Setelah konflik ekonomi perindustrian yang berkembang dengan pesat membuahkan kemakmuran baru dan tata kehidupan baru. Rangkaian nilai-nilai yang muncul sebagai pedoman ekonomi mencakup konsep-konsep berikut ini:
1.      Kerja seorang individu sangat dihargai dan dianggap suci sejak teologi kaum Puritan abad ke-17.
2.      Kesejahteraan ekonomi individu tidak hanya dinilai sebagai landasan ekonomi yang sehat akan tetapi juga sebagai landasan bagi kehidupan individu yang sepenuh-penuhnya dan seutuhnya,
3.      Penghargaan pada perjanjian dan penghormatan terhadap harta milik dinilai sebagai dasar hubungan ekonomi yang teratur dan dapat diandalkan.
4.      Produksi barang-barang dinilai sebagai prasyarat bagi sehatnya ekonomi.
5.      Wirausaha dinilai tinggi karena memberi kesempatan bagi pengusaha secara individu atau kelompok mengembangkan kemampuan yang kreatif.
6.      Sistem memperoleh keuntungan dinilai tinggi karena hanya dengan mendapat keuntungan wirausaha dapat bertahan lama.
7.      Kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal atau nasional dihargai dengan alasan yang sama dengan kesejahteraan ekonomi perorangan, dan disamping itu juga karena alasan lain, yaitu ekonomi dapat berfungsi baik hanya kalau ekonomi rakyat pada umumnya cukup sehat.
8.      Jaminan sosial bagi individu dijunjung tingggi dan mengambil bentuk asuransi dibawah pengawasan negara.
9.      Prinsip pemberian bantuan oleh pemerintah kepada kelompok-kelompok tertentu sangat didambakan, karena bantuan itu melestarikan kesejahteraan masyarakat.
10.  Meskipun pemberian subsidi pemerintah untuk produk-produk pertanian menangkal persaingan diantara para petani produsen untuk menurunkan harga sampai dibawah minimum yang ditentukan.

Kesenian Dalam Kehidupan Amerika
Dari berbagai ungkapan seni yang barkembang selama bertahun-tahun muncullah nilai-nilai tertentu, yaitu:
1.      Perhatian terhadap penciptaan dan penyajian musik, yang terjamin dalam meningkatnya jumlah komponis, pertumbuhan organisasi di bidang musik, dan membengkaknya rekaman musik.
2.      Perhatian terhadap pengumpulan dan penyedian lukisan-lukisan, patung-patung, kerajinan tangan baik klasik maupun kontemporer di meseum-meseum agar dapat dinikmati khalayak umum.
3.      Perhatian terhadap desain alat-alat kebutuhan hidup sehari-hari.
4.      Perhatian terhadap sastra kreatif sebagai sarana untuk memperoleh pemahaman yang lebih sempurna dalam kehidupan.
5.      Perhatian terhadap drama dan tari-tarian yang dipertunjukkan di panggung, film dan TV sebagai sarana untuk memperkaya kehidupan manusia.
6.      Perhatian terhadap tradisi maupun inovasi dalam seni lukis, seni patung dan terhadap partisipasi khalayak dalam berbagaiseni.
7.      Perhatian terhadap tradisi maupun inovasi, bersama dengan prinsip-prinsip tentang bentuk dan fungsi.
8.      Perhatian terhadap kritik para cendikiawandan spesialis mengenai berbagai kesenian untuk mendorong peningkatan kemampuan khalayak dalam menilai hasil karya.


Nilai-nilai Dalam Hubungan Internasional
Nilai-nilai amerikan di bidang hubungan internasional muncul dari pengalaman selama 1 ½  abad lebih bagi Amerika Serikat sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa. Anggota masyarakat bangsa-bangsa lahirlah nilai-nilai yang digunakan Amerika Serikat sebagai pedoman politik luar negerinya, mencakup konsep-konsep berikut ini:
1.      Prinsip supaya perubahan dalam hubungan antar bangsa hanya dapat dicapai lewat jalan damai dengan menolak penggunaan kekerasan sabagai sarana kebijakan.
2.      Prinsip tentang kedaulatan nasional dibawah hukum internasional.
3.      Nilai-nilai keamanan bersamadalam ruang lingkup organisasi nationstates makin lama makin disadari dalam abad abad ke-20 dengan demikian menggeser konsep isolasionisme lama.
4.      Kepatuhan kepada hukum internasional dalam komitmen-komitmen internasional yang secara resmi telah dikukuhkan.
5.      Penggunaan keputusan hukum internasional untuk menyelesaikan persengketaan hukum.
6.      Konsep bahwa negara-negara menjaga kerukunan antar negara tetangga.
7.      Konsep bahwa pemerintah harus mendorong dan mendukung pertukaran budaya antar bangsa dengan alasan bahwa saling pengertian antar berbagai peradapan dan saling penghargaan terhadap seni dan nilai masing-masing bangsa.